Gelar Atraksi Budaya dan Salurkan Kemampuan Anak Muda, Fornisel Batam Tampilkan Tradisi Lompat Batu

Aldy Selasa, 30-01-2024 | 12:24 WIB Event
lompat-batu-nias.jpg Fornisel Batam saat menggelar atrasi budaya Lompat Batu Nias di Kawasan Top 100 Tembesi, Sagulung, Minggu (28/1/2024). (Foto: Aldy)

BATAMTODAY.COM, Batam - Kota Batam memiliki penduduk mayoritas perantau dari seluruh penjuru Nusantara. Bahkan, Kota Batam bisa disebut sebagai miniatur Indonesia yang penduduknya datang dari berbagai suku dari Sabang sampai Merauke.

Hala itu ditandai banyaknya paguyuban dari berbagai daerah di Indonesia yang ada di kota yang saat ini tengah fokus pada kebangkitan pariwisata dan industri ini.

Salah satu kota tujuan untuk tempat mengadu nasib dan mencari kehidupan yang lebih baik, berbagai suku bisa dijumpai di Kota Batam. Dengan ciri khas Bangsa Indonesia yang mengedepankan silaturahmi dan kebersamaan, berbagai organisasi dan paguyuban pun bermunculan di kota yang berbentuk kalajengking ini.

Termasuk Suku Nias, yang keberadaan masyarakat dari seberang Sumatra Utara ini juga harus diperhitungkan, baik dari segi jumlah maupun kontribusinya terhadap pembangunan Kota Batam.

Ribuan masyarakat Nias Selatan di Kota Batam membentuk suatu wadah untuk menjalin silaturahmi dan saling membantu. Forum Masyarakat Nias Selatan (Fornisel) Kota Batam pun resmi dibentuk, beberapa tahun lalu.

Sekarang, Sarwana Duha, resmi dikukuhkan sebagai Ketua DPC Fornisel, dan Alexander Sarumaha sebagai Sekretaris, untuk periode 2024-2029, yang dikukuhkan pada Minggu (28/1/2024).

Pada acara pengukuhan tersebut, Fornisel Batam menyuguhkan sejumlah atraksi budaya masyarakat Nias Selatan, termasuk atraksi Lompat Batu yang sudah terkenal hingga penjuru dunia. "Di Pulau Nias, khususnya bagian Selatan, terdapat sebuah tradisi budaya yang cukup terkenal dan juga memiliki keunikan tersendiri. Tradisi tersebut adalah Hombo Batu atau Lompat Batu," ujar Sekretaris DPC Fornisel Batam, Alexander Sarumaha, Selasa (30/1/2024).

Alex menceritakan, Fahombo, nama lain dari tradisi ini, awal mulanya dilakukan oleh seorang pemuda Nias untuk menunjukan bahwa pemuda sudah dianggap dewasa dan matang secara fisik, bila sudah mampu melompati batu yang setinggi 2 meter dan lebar sekitar 40 centimeter.

Lompat batu banyak dilakukan oleh masyarakat Nias bagian Selatan. Salah satu lokasi wisata terkenal untuk pertunjukan lompat batu ini adalah di situs Bawomataluo.

Kehidupan di Desa Bawomataluo masih sangat asli, lengkap dengan tradisi-tradisinya, seperti rumah adat, tradisi lompat batu, tarian perang, dan budaya peninggalan megalitikum. "Ini hanya dilakukan kaum lelaki, akan menunjukkan kedewasaan, ketangkasan, dan keberanian. Apabila seseorang berhasil melompati batu yang 2 meter itu, maka dianggap heroik dan prestisius, baik bagi individu, keluarga, bahkan masyarakat seluruh desa. Setelah berhasil, biasanya ada syukuran," cerita Alexander.

"Atraksi lompat batu sangat baik sebagai bentuk melestarikan budaya sekaligus menyalurkan kemampuan anak muda yang siap dalam menghadapi berbagai tantangan. Kiranya lompat batu menjadi salah satu ikon dalam mendukung pembangunan Kota Batam, termasuk meningkatkan kunjungan wisatawan," sambungnya.

Lebih lanjut, Alexander menyebutkan, pagelaran Lompat Batu Nias pada acara pelantikan Fornisel ini Batam ini diharapkan bisa menjadi penyemangat bagi para pengurus yang baru, dari segi filosofi, lompat batu menggambarkan kekuatan, ketangguhan dan kedewasaan dalam menyikapi semua hal.

"Pengurus DPC Fornisel Batam yang baru dilantik harus bersatu dan kuat, kehadiran Fornisel diharapkan membawa dampak positif bagi masyarakat Nias secara khusus bagi masyarakat Bias Selatan," kata Alexander Sarumaha.

Senada, Ketua DPC Fornisel Batam, Sarwana Duha, mengatakan peragaan dan atraksi budaya pada acara pengukuhan DPC Fornisel Batam, bertujuan, agar warga Nias yang ada di Batam tetap memegang teguh adat istiadat. Kiranya pembelajaran yang terbaik dari para leluhur bisa diimplementasikan pada kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat di Batam.

"Kita sebagai pendatang, di samping menjujung adat istiadat tanah Melayu, kita juga tetap melestarikan adat istiadat leluhur kita. Indonesia mempunyai ciri khas saling mengormati dan menghargai," pungkas Sarwana Duha.

Editor: Gokli