Kemenpar Targetkan 1 Juta Program 'Hot Deals' Laku Kurun Waktu 6 Bulan
BATAMTODAY.COM, Batam - Kepulauan Riau yang menjadi salah satu pintu masuk dan tujuan destinasi andalan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI. Ditargetkan dapat mendatangkan 4 juta wisatawan mancanegara (Wisman), sepanjang tahun 2019.
Hal ini kembali diingatkan oleh Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya dalam kegiatan Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Annual Metting 2019, yang dilaksanakan di Raddison Hotel, Batam, Rabu (10/04/2019).
"Daerah lain mungkin punya target internal 2,5 juta, tetapi ini tak cukup untuk target nasional kita. Mengapa Pemerintah Pusat menargetkan Kepri 4 juta, karena tahun lalu Kepri naik 20 persen kunjungan wismannya. Lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya 12,5 persen," ujarnya.
Walau begitu Arief juga mengakui, target 4 juta Wisman ini memang tak mudah untuk dicapai. Namun Pemerintah Pusat tidak diam begitu saja. Salah satu strategi yang digencarkan, yakni membuat program 'Hot Deals'.
Untuk program 'Hot Deals' ini sendiri, dia melanjutkan, ditargetkan bisa diselesaikan dalam waktu 6 bulan pertama. Kemudian, Arief akan menambah lagi kuantitas paket di program 'Hot Deals' sebanyak 1 juta pada tahun yang sama.
"Tahun lalu sudah kita lakukan sebanyak 700 ribu paket. Tahun ini target kita 1 juta. Jadi bahasa sederhananya hot deals, 2 juta," lanjutnya.
Target ini akan dibagi-bagi dengan sasaran Wisman yang berasal dari Singapura dan Wisman yang berkunjung ke Singapura. Dalam artian Singapura sebagai hub wisman datang ke Kepri, Indonesia.
Ia meyakini, turis-turis yang berkunjung ke Singapura itu bisa dipengaruhi dengan tawaran paket pariwisata yang kompetitif di hot deals. "Singapura sebagai hub, targetnya kita naikkan. Targetnya 2 juta Wisman. Di situ ada turis India yang ke Singapura, turis China yang ke Singapura, dan lainnya," paparnya.
Sementara itu, pada kegiatan VITO annual meeting 2019 itu, Arief mengatakan, ada perwakilan dari 16 negara dengan 20 kota yang datang ke Batam, Kepri, Indonesia. Mereka ini adalah orang-orang asli di negara yang bersangkutan atau orang Indonesia yang sudah puluhan tahun bermukim di negara orang. Mereka di sana sebagai perwakilan Kemenpar dalam hal pemasaran pariwisata di Indonesia.
Mengenai keberadaan VITO, Arief menilai negara yang potensial saat ini adalah Thailand. Pemerintah memutuskan memiliki VITP di Thailand dengan beberapa pertimbangan mendasar.
"Kita sadari banyak sekali turis-turis di Thailand. Pendapatan devisa dari turis di Thailand paling tinggi, lebih dari 40 miliar. Kita di Indonesia targetnya Rp 20 miliar, baru separuhnya," tuturnya.
Editor: Gokli