Kemenparekraf Monitoring Evaluasi Terkait Rencana TCA di Bali-Batam-Bintan

Redaksi Kamis, 15-04-2021 | 20:04 WIB Destinasi
kurleni-ukar.jpg Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, R Kurleni Ukar. (Ist)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) terus melakukan monitoring secara berkala terkait rencana penerapan Travel Corridor Arrangement (TCA) atau Travel Bubble di Bali, Batam, dan Bintan (3B).

TCA atau travel bubble di 3B akan menjadi pilot project untuk mendatangkan wisatawan mancanegara ke Tanah Air dalam rangka membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang sempat terdampak pandemi.

Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, R Kurleni Ukar menjelaskan, untuk menuju penerapan TCA di koridor 3B banyak tahapan yang harus diselesaikan. Untuk itu perlu kolaborasi bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, hingga stakeholder pariwisata lainnya.

Di Kepri, tercatat ada dua zona yang akan disiapkan sebagai lokasi travel bubble yaitu Nongsa di Batam dan Lagoi di Bintan, sedangkan di Bali ada tiga zona yang disiapkan, Ubud, Sanur, dan Nusa Dua.

"Menjelang penerapan TCA di 3B tersebut kami memonitor dan mengevaluasi setiap waktu. Untuk Bali, monitoring kami lakukan dua pekan sekali. Batam-Bintan satu pekan sekali. Di masing - masing daerah tersebut telah kami inisiasi terbentuknya kelompok kerja yang akan bekerjasama dengan kami menyiapkan laporan dan perkembangan terkait kesiapan dari hulu-hilir baik di sektor parekraf atau sektor pendukung jelang penerapan TCA," katanya, mengutip siaran pers Kemenparekraf, Selasa (14/4/2021).

Kemudian, lanjut Kurleni Ukar, akselerasi vaksinasi di 3B tersebut menjadi hal yang perlu diperhatikan tidak hanya vaksinasi bagi pelaku parekraf saja tetapi juga masyarakat di zona tersebut, sehingga zona tersebut dapat menjadi zona dengan resiko pemularan yang rendah pada saat TCA diterapkan. Selain vaksinasi, penerapan protokol 3M dan 3T tetap perlu dilakukan secara disiplin oleh semua lapisan masyarakat, agar pandemi bisa cepat terkendali.

"Sertifikasi CHSE juga akan terus dilakukan di 3B. Baik pada usaha pariwisata, produk, dan destinasinya. Namun ada beberapa usaha pendukung yang bukan ranah Kemenparekraf yang juga perlu menerapkan protokol kesehatan berbasis prinsip CHSE agar wisatawan merasa aman dan nyaman saat menggunakannya. Seperti pintu masuk wisatawan baik di bandara, terminal, stasiun. Kemudian moda transportasinya baik darat laut udara, itu jadi bagian penting," kata dia.

Selanjutnya, kata Nike sapaan Kurleni Ukar, tempat usaha yang mendukung sektor pariwisata dan ekonomi kreatif juga perlu menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE. Seperti di Bali misalnya, ada money changer, apotek, toko souvenir, dan lainnya.

"Monitoring dan evaluasi di 3B ini terus kita lakukan, sehingga siap menjadi destinasi yang didatangi wisatawan mancanegara. Semuanya dilakukan prakondisi baik rute aman, zona aman, transportasi end to end seperti apa, rumah sakit rujukan, SOP mitigasi. Semua sedang kita siapkan bersama K/L, Pemerintah Daerah dan industri terkait," ujarnya.

Namun, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, penerapan TCA di Bali mempertimbangkan situasi yang ada, jika semakin kondusif maka dapat dilakukan TCA pada periode Juni-Juli 2021. Sebaliknya jika perkembangan kasus Covid-19 naik maka akan ditinjau ulang.

"Gubernur Kepri mengusulkan penerapan TCA untuk kawasan Bintan Lagoi mulai 21 April 2021. Namun hal itu tetap mempertimbangkan apakah vaksinasi dapat terselesaikan, Covid-19 sudah terkendali, serta respon dari Pemerintah Singapura. Mereka menyiapkan beberapa skenario yaitu pada 21 April, kemudian 1 Mei, atau di 1 Juni 2021," ujarnya.

Editor: Gokli